Rabu, 05 Oktober 2016

Teruntuk suamiku tercinta


Teruntuk suamiku tercinta 

Satu hari pernikahanku:
Rasanya kita belum kenal, masih terasa asing, masih canggung. Sebelumnya kita tidak kenal kita dipertemukan olehNya dan kita JODOH. Setelah diucapkan akad nikah resmi menjadi suami istri. Yang semula haram jadi halal dan itu menjadi kewajiban saling memberi dan menerima apa adanya berusaha untuk saling membahagiakan. Dan saat itu hanya ada satu kata BAHAGIA.

Satu bulan pernikahanku:
Dua hari setelah hari pernikahan, Belum apa-apa...(hehehe) kau tinggalkan aku balik ke tempatmu bekerja. Rasanya kangen, kangen dan kangen karena kau dan aku berjauhan kau tinggalkan aku sendiri disini untuk bekerja menafkahi kehidupan rumah tangga kita. Selang sebulan kau baru pulang lagi ke Jawa dan aku SUKA baru aku tau bagaimana itu rasa BERCINTA..

Satu tahun pernikahanku:
Rasanya kangen dan sepi, aku tinggal disini sendiri dan kau disana.  Dan  ada senenganya juga ya, kita masih seperti pacaran. Bertemu tiga bulan sekali itu pun dalam waktu yang tidak lama Cuma seminggu. Waktu yang sangat singkat bagiku tapi Alhamdulillah kita diberi kesabaran dan bisa melaluinya.

Dua Tahun Pernikahanku:
Kita sedang menunggu kehadiran anak kita yang pertama, Selang satu bulan lahir anak kita yang kita beri nama Faeyz... Dan Allah mengabulkan doa-doaku engkau dipindahkan ke Salatiga pada saat yang tepat. Di beri kesempatan olehNYA untuk bersama mendidik anak kita. Dan pada tahun ini aku baru memulai menjadi seorang istri yang sebenarnya dan menjadi Ibu dari seorang anak.

Tiga Tahun pernikahanku:
Masih terasa spesial dan aku terus belajar memahamimu. Apakah itu mudah? Sulit sekali... tapi aku akan terus dan terus belajar memahamimu dan berusaha mengerti maumu. Memamng benar kata orang pernikahan itu digambarkan sebagai perjalanan menggunakan kapal. Banyak ombak dan halangan yang tak terduga. Memang kita sedang mengarungi samudra kehidupan... Kita harus menjaganya agar tidak karam ditengah perjalanan. Aku mulai tau dan hafal kebiasaanmu, ini sangat menguji kesabaranku, mungkin juga buatmu.  Kadang buatmu biasa saja tapi bisa jadi bagiku luar biasa, atau sebaliknya. Apa yang ada pada kita saat ini belum tentu sama dengan harapan kita sebelum menikah. Tapi aku harus menetapkan hatiku “kau adalah jodoh yang diberikan olehNya kepadaku dengan apa yang ada padamu. AKU MENCINTAIMU, kuharap begitu juga denganmu.

Empat tahun pernikahanku:
Semakin terasa hidup berumah tangga memang bukanlah hal yang mudah. Aku tidak sempurna sesuai yang kau inginkan, kau mungkin kadang merasa jengkel atau merasa menyesal kenapa istrimu ini tidak sesuai yang kau inginkan. Tapi bukankah manusia tidak ada yang sempurna? Kadang begitu juga sebaliknya kumerasakan seperti itu. Kekuranganku itu kau yang melengkapinya, kekuranganmu aku yang melengkapinya jadi kita dijodohkan untuk membentu sesuatu yang UTUH. Yang saling melengkapi kekurangan. Dalam doaku selalu ku panjatkan agar kita saling melengkapi dan tidak saling mencari kesalahan, supaya aku selalu sabar dan dirimu juga sabar. Karena hidup kita sekarang tidak hanya untuk kita berdua tapi juga untuk anak-anak kita. Dan ada satu yang aku simpulkan di empat tahun pernikahan kita “ KAU PAPA yang BAIK”

Lima tahun pernikahanku:
Lima tahun kita mengarungi bahtera pernikahan kita, rasanya baru sebentar hidup bersamamu. Sekarang kita sudah berempat aku, dirimu dan dua anak kita, Faeyz dan Faqih. Ditahun ini ujian kehidupan semakin bertambah, tapi aku BAHAGIA karena aku masih disampingmu. Bersama mendidik dan membesarkan buah hati kita..  Kadang ada rasaku untukmu rasa SUKA, rasa CINTA, rasa CEMBURU, kadang pun juga ada rasa SEBEL... Pokoknya NANO-NANO. Itulah warna kehidupan, tapi karena aku MENCINTAIMU maka aku minta kau juga menjaga Rumah Tangga ini agar bertahan selamanya sampai Allah memisahkan kita. Semoga kita bisa menjaga rumah tangga ini dari segala fitnah dunia, kesenangan dunia yang sesaat. Dan semoga kita bisa semakin dekat dengan Allah mendidik anak-anak kita menjadi anak yang sholeh.. Amin
Ada beberapa pertanyaan yang ada dihatiku untukkmu tolong dijawab ya...
Apa dirimu juga mencintaiku seperti aku mencintaimu?
Semakin bertambah umurku, pastinya aku gak secantik dulu (Dulu juga gak cantik sih...) malu tidak bila aku mendampingimu di hadapan teman-temanmu?

Enam Tahun Pernikahan kita:
Setelah beberapa bulan aku melewatinya aku pun bisa mengira-ira jawaban pertanyaan yang kuberikan dulu. Apakah kau mencintaiku? Mungkin kau akan jawab: Tentu...            PD banget aku.. tapi gak papa lah, memang harus PD. Buktinya setiap hari kau pulang kerumah tak kurang satu apapun...kalo aku gak cantik dan menarik hatimu, kan gak pulang ya... hehehe

Juga mengira-ira jawaban pertanyaan yang kedua: Pakah kau tidak malu membawaku bersama saat ada acara bersama teman-temanmu? Mungkin kau akan jawab: tidak, kenapa harus malu...? toh aku juga gak ganteng ganteng amat... jadi kalau istriku tidak begitu cantik ya pasti banyak yang memakluminya.

Di enam tahun pernikahan kita ada beberapa cita cita yang sudah kita capai. Alhamdulillah kita sudah punya rumah, baiti jannati.... memang benar itu, rasanya kalo sudah punya rumah itu hati menjadi tentram. Iyalah... sudak tidak mikir lagi bayar kontrakan, belum lagi kalo rumah kontrakannya sudah rumah tua... haduh ribet kalo hujan cari ember untuk “nadahi” air yang bocor disana-sini.  Dan alhamdulillah kita bisa membeli kendaraan buat angkut anak anak kita biar kemana-mana gak kehujanan. Walaupun masih menggunakan supir pripadi Om Ul... Dengan sedemikian rupa kita atur keuangan kita agar cukup untuk hidup sebulan dan membayar angsuran bank... Alhamdulillah BISA, dan terus BERSYUKUR

Dienam tahun pernikahan, kita diuji agar bersabar merawat Ibu... Wanita yang luar biasa penyabar. Maka kita juga harus bersabar. Bagaimanapun keadaan kita Kesehatan ibu mari kita nomor satukan. Kita akan buktikan kita bisa melewati ujian ini... Semoga Cumloude amin... Sabar ya sayang, saling menasehati dengan sabar.
Anak-anak sudah mulai tumbuh besar, lucu dan menggemaskan... semoga kita bisa menjadi ortu yang mengajak mereka menjadi anak yang sholeh dan menyejukkan hati orangtuanya.


Istrimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Membangun Literasi Digital Keluarga

Mari kita intip kegiatan anak sulung kita didalam kamarnya, ternyata sedang serius dengan gadgetnya. Kemudian mari berjalan, kita lihat sang...