Minggu, 26 November 2023

Membangun Literasi Digital Keluarga




Mari kita intip kegiatan anak sulung kita didalam kamarnya, ternyata sedang serius dengan gadgetnya. Kemudian mari berjalan, kita lihat sang adik sedang mematung melihat chanel youtube kesukaannya di TV Digital besar ruang keluarga. Lalu kita buka ruang kerja suami kita, beliau sedang asyik membaca berita dilaman online News yang selalu update disetiap detiknya. Kemudian kita? Pastinya tidak akan tertinggal dibelakang hanya sebagai penonton. Bila membuka aplikasi belanja online sudah bahagia, mengisi keranjang belanjaan kita tanpa harus cek out saja berbunga-bunga. Semua serba online dan semua menjadi mudah. Kegiatan domestik rumah tangga yang dulu harus dikerjakan ibu dengan menguras tenaga, menyisakan waktu kerjanya, atau mencuri-curi waktu saat sedang mengurus baby saat masih balita. Sekarang semua menjadi mudah, cukup dengan sekali sentuh. Pesanan beraneka makanan lezat akan diantar sampai rumah tanpa harus menunggu dan antri di warungnya, jasa laundry siap jemput bola cukup menghubungi CSnya, bahkan jasa cleaning servispun tersedia disana.

Inilah pemandangan kegiatan keluarga di era digital yang sedang kita lalui saat ini, yaitu kegiatan lingkup terkecil dalam masyarakat. Belum kelingkup yang lebih luas, kita lihat semua menggunakan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Banyak keuntungan dan kemudahan yang akan kita terima darinya, namun bahaya yang ditimbulkan olehnya juga mengintai dan siap menerkam kita kapan saja. Terutama bagi semua yang belum siap menerima setiap detik perubahan dari kemajuannya. Maka dari itu kita harus mengilmui dan memahami dengan cara berliterasi. Literasi digital secara berkelanjutan sangat diperlukan saat ini, kita wajib menggali informasi sedalam-dalamnya. Terutama kita sebagai seorang ibu, yang merupakan garda nomer satu.

Jadi yang seharusnya lebih dulu tahu memang seorang ibu, karena apa? Karena ibu adalah guru nomer satu yang mendampingi putra-putrinya belajar dirumah sebelum mereka belajar di sekolah. Juga karena ibu sebagai seorang istri yang mempunyai kewajiban mendukung dan mendampingi suami. Butuh kecerdasan, kepintaran dan ketrampilan yang harus terus diasah. Memang sangat berat tugas sebagai seorang ibu, maka ibu harus lebih dulu tau. Tentang literasi digital, menurut www.westernsydney.edu.au berarti ketrampilan yang dibutuhkan untuk hidup, belajar dan bekerja dalam masyarakat dimana komunikasi dan akses informasi semakin meningkat melalui teknologi digital seperti platform internet, media sosial dan perangkat seluler. Kita dituntut untuk berfikir kritis, saat memperoleh informasi kita harus dapat mencari kebenarannya, menyaring, baru kemudian menerapkannya.

Menurut Kompas.com penggunaan internet di Indonesia pada awal 2021 mengalami peningkatan 15,5 %, yaitu menjadi 202,6 juta jiwa pemakai. Total jumlah penduduk Indonesia 274,9 juta jiwa, ini berarti penetrasi internet di Indonesia pada awal tahun 2021 mencapai 73,7%. Dan selama pandemi Covid-19 aktivitas digital semakin meluas dan intensif karena banyak orang harus beralih ke solusi online. Akibat penutupan sekolah jangka panjang, aktivitas pendidikan juga bergeser secara online.

Hal ini menjadi PR yang besar bagi kita, mengingat beberapa tahun terakhir ini mendampingi putra-putrinya belajar online dengan berbagai macam tantangan yang harus kita hadapi. Pusingnya menjadi pentransfer ilmu dari bapak ibu guru, memahamkan anak tentang materi itu adalah pekerjaan yang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ternyata tidak cukup sampai disitu masalahnya, ada tantangan lain yang menjadi buntutnya. Ketika anak-anak harus belajar online sendiri dirumah tanpa pendampingan orang tua. Masalah baru ternyata timbul, yaitu pecahnya konsentrasi anak pada fitur lain di smart phonenya. Bagi anak-anak usia SD kecanduan game online, bagi anak-anak usia SMP-SMA aktif bersosial media, membuka situs yang seharusnya belum pantas untuk dikonsumsi anak SMP dan SMA. Dan ketika sekarang sudah mulai PTM, mengkondisikan kembali agar anak-anak konsentrasi belajar dikelas adalah hal yang harus kita perjuangkan. Perjuangan yang membutuhkan kerjasama guru dan orang tua.

Sebenarnya semua akan baik-baik saja bila kita dapat memahamkan dan memberi contoh ke anak tentang tanggung jawabnya menggunakan media digital. Karena memang membangun literasi digital itu dimulai dari keluarga. Memperoleh literasi digital pada usia dini akan mempersiapkan anak-anak untuk menjadi konsumen digital yang cerdas. Karena hal ini akan membuka kesempatan dan memfasilitasi anak mengembangakan ketrampilan dalam menggunakan kemajuan teknologi digital untuk berinovasi dan melakukan hal-hal yang produktif. Membekali literasi digital ke anak akan membantu mereka menjadi pribadi yang tangguh, bertanggungjawab, dan dapat mengoptimalkan manfaat dalam menghabiskan waktu online mereka.

Sebagai orang tua kita wajib menanamkan kepada anak-anak terkait ketrampilan literasi digital, menjadikan ketrampilan ini sebagai bekal kehidupan sehari-hari. Mengasah ketrampilan literasi secara berkesinambungan sangat diperlukan agar dapat berjalan beriringan dengan kemajuan. Kita butuh terus belajar agar kitapun dapat mendampingi anak-anak kita mengikuti perkembangan dunia digital. Ada beberapa hal dasar yang dapat kita pahamkan ke anak-anak terkait penggunaan media digitalnya, yaitu:

1.     Memahamkan kepada anak tentang rasa tanggung jawab diri terhadap agama, masyarakat dan keluarga.

2.     Memahamkan anak kegunaan media digital, dan dampak apa saja yang dapat ditimbulkannya.

3.     Memahamkan kepada anak tentang kewajibannya untuk terus belajar, belajar batasan-batasan penggunaan media digital, belajar berbagai macam ilmu yang mereka dapat dari sana kemudian menyaring informasi, mengevaluasi kemudian menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.

4.     Memahamkan tentang kedisiplinan penggunaan waktu bersama alat digital.

5.     Memahamkan anak tentang privasi diri, batasan-batasan apa saja yang boleh dipublikasi.

6.     Memahamkan anak tentang larangan plagiat karya dari berbagai sumber berupa tulisan, gambar maupun suara. Memberi penjelasan bahwa ketika menggunakan karya orang lain tidak boleh asal salin, berikan contoh cara mengutip karya dengan benar.

7.     Memahamkan kepada anak bahwa banyak hal yang menakjubkan akan kita temukan dengan media digital. Dan semua jejak digital yang telah kita tinggalkan disana sulit untuk dihapus, mudah sekali untuk dilacak maka hanya ada satu kata yang harus kita dengungkan ditelinga anak-anak kita yaitu “berhati-hatilah”.

8.     Ajak anak untuk mengembangkan potensinya, membuat berbagai macam karya. Menemukan ilmu baru, mengembangkan ilmu, dan juga mengajarkan ilmu, sehingga semua akan maju dengan teknologi baru.

Hal dasar diatas dapat diberikan kepada anak sebagai bekal untuk mulai berselancar menggunakan alat digitalnya. Dengan pemahaman ini anak akan lebih berhati-hati dan lebih teliti dalam menerima informasi. Orang tuapun lebih tenang, karena anak-anak telah memiliki alat proteksi yang terbentuk dari dalam diri.  Bila litersai keluarga terbentuk maka Indonesia siap menjadi negara maju.


Senin, 22 Mei 2023

Ketlusupen

Barang cilik kuwi nlusupi

Natoni ora ketara

Ning krasa lara


Ora ana sing bakal ngerti

Menawa ora kandha-kandha

Cethek jerone tatu iku


Sapa sing bisa ngerah?

Ngarah barang sing nlusupi

Alon-alon bisa dijupuk

Lan mari kaya wingi uni?

Awake dhewe pribadi!


Salatiga, 23 Mei 2023


Selasa, 31 Januari 2023

Rasa Gething

 

Asamanipun bu Rindang Dwi Astuti, bu guruku isih enom ayu sumeh nyenengake. Piyambake mulang pelajaran basa jawa, salah sijine pelajaran sing miturutku paling angel ketimbang pelajaran-pelajaran liane. Kanggoku sinau basa jawa kuwi sinau bab-bab kuna, ora ana gegayutane karo uripku. Diajari basa jawa krama utawa ngoko wae ya arang dak gunakna. Wong aku ing ngomah wae matur karo papa lan mamaku nganggo basa Indonesia. Sing dadi pitakonanku ngapa kok kudu disinaoni barang? coba menawa di nalar ngapa kok awake dhewe kudu sinau aksara jawa? Arep dienggo nulis apa? Awake dhewe saben dina rak nulise nganggo tulisan latin. Durung meneh sinau bab tembang, wis basane angel dipahami kathik latihan nembang kuwi ya angel tenan. Sinau bab cerita wayang Ramayana, paraga ceritane ngono aku ya apal ana Raden Rama, Raden Laksmana, Dewi Sinta, Anoman, Rahwana, Kumbokarna, Peksi Jathayu lan sapanunggalane. Ning aku ora titen gambar lan blegere paragane. Rumangsaku kabeh padha, aku ora bisa niteni antara siji lan sijine.

Bu Rindang kuwi piyambake alus lan sabar ora nate duka menawa nerangake pelajaran ya terang trewaca. Kuwi lho sing marai aku eman-eman, jane seneng gurune ning kok ora seneng pelajaran sing diwulangake. Mbok menawa kuwi sing bisa dak critakke ing kene, yaiku cerita pengalaman bab anggonku sinau basa jawa diwulang guru idolaku yaiku bu guru Rindang.

Ceritaku dak pungkasi, banjur uluk salam lan lungguh ing panggonanku. “ Ayo padha tepuk tangan kanggo kancamu Kartika” bu guru ngajak tepuk tangan marang kanca sakelasku. Plok…plok…plok… kanca-kancaku sekelas tepuk tangan ngeplokki aku sing bar tampil ing ngarep kelas maca pengalaman pribadi sing dadi tugas basa jawa dina iki. “ Dinten niki murid-murid hebat sedaya, sampun nulis cerita pengalam pribadhinipun kiyambak-kiyambak kanthi runtut lan sae sanget” ngendikane bu Rindang karo mesem ngujiwat katon bombong marang murid-muride.

  Pancen dina iki pelajaran basa jawa sinau bab nulis pengalaman pribadi. Ngendikane bu Rindang maneka warna cerita pribadine awake dhewe kuwi bisa dicritakake. Crita pengalaman sing nyenengake, nyedhehake utawa pengalaman sing gawe guyu. Ngendikane bu Rindang, crita-crita iku menawa dirakit kanti runtut lan endah bisa dadi cerita kang narik kawigaten lan bisa diwaca wong akeh. Bisa dadi hiburan uga bisa menehi motivasi kanggo wong sing maca. Ngendikane bu Rindang karya tulisan kuwi mau bisa dikirim ing ariwarti utawa kalawarti barang. Awake dhewe didhawuhi sregep nulis lan nyoba ngirim tulisan-tulisan kuwi mau. Mbok menawa menawa wis dadi bejane awak, tulisan mau bisa kapacak, atine bungah lan mengko mesthi entuk bebungah saka penerbit.  

“Saking tulisan sing ditulis Kartika wau bu Rindang dados pirsa jebule wonten murid ingkang mboten remen pelajaran basa jawa nggih? Mbok mmenawi mboten namung Kartika mawon. Hayo sinten ingkang mboten remen pelajaran niki ngacung?” Bu Rindang nakoni murid-muride.

 Tibake ana kancaku sing ngacung, ora mung aku dhewe jebule sing ora seneng pelajaran basa jawa. Aku mesem kecut. “ Inggih mboten kenging menapa mugi-mugi sakbibaripun mirengake cariyos saking bu guru, murid-murid dados nresnani pelajaran basa Jawa. Bu Rindang ugi kagungan cariyos pengalaman pribadi. Mekaten cariyosipun: “Nalika  aku isih SMP pelajaran sing paling dak senengi kuwi pelajaran IPA. Saben-saben ana pelajaran IPA aku tansah semangat, gurune ya nyenengake sisan. Menawa maringi panjelasan gampang ditampa dening murid-muride. Paling nyenengake kuwi menawa pas praktik, aku lan kanca-kanca bisa menyang laboratorium IPA bebarengan. Ing kana bisa ndeleng penampang melintang gegodhongan, kepriye bentuk stomata, nganggo alat sing jenenge microskop. Biji ulangan IPAku uga tansah apik ora nate nguciwani.

Emane ana salah siji pelajaran sing paling tak gething yaiku pelajaran basa jawa. Rumangsaku pelajaran basa jawa kuwi angel banget, biji ulangan utawa tesku uga ora nate tuntas. Aku ya ora pati nggagas, wong ya ora mlebu pelajaran sing diujikake nalika Ujian Nasional wae kok. Tibake rasa gethingku iki orang mung karo pelajarane, lha kok aku ya gething karo gurune barang. Amarga rasa gethingku kuwi mau nganti lulus SMP aku durung nate entuk biji basa jawa luwih saka 60. Ning nalika aku arep kuliah kok ya didhawuhi bapak ibuku jupuk jurusan pendidikan bahasa jawa. Lan akhire saiki aku dadi guru basa jawa, apa iki sing diarani gething iku bakale nyandhing? Ning saiki aku tresna tenan karo basa jawa. Dadi guru basa jawa bisa ngajari murid-muride tata krama marang sapa wae sing diadhepi jumbuh karo unggah ungguhe. Kanthi dadi guru basa jawa aku bisa melu nguri-uri budaya jawa. Pokoke aku saiki tresna tenan marang basa jawa, apa wae bab basa lan budaya jawa dadi dak senengi. Tibake nyinaoni bab jawa iku unik lan ora ana enteke, lan sing mesthi nyenengake lan ora ana bosene.

“Niki wau cariyos pengalamanipun bu guru, mugi-mugi wiwit sakniki murid-murid mboten pareng emban cindhe emban siladan marang sedaya mata pelajaran”.

“Ayo sapa sing ngerti tegese?” bu Rindang ndangu murid-murid.

“ Mboten pareng pilih kasih bu” wangsulane Intan.

“Inggih leres, ora pareng dipilih-pilih amargi sedaya pelajaran ingkang dipunparingaken ing sekolah menika sejatosipun sedaya badhe dipundiginakaken ing tembe. Murid murid kedah seneng lan sregep sinau pelajaran napa mawon wiwit sakniki nggih” ngendikane bu Rindang marang murid-muride.

“Inggih bu…” ature murid muri bebarengan.

Pasinaondina iki dipungkasi kanthi rasa sing beda, rasa tresna marang basa jawa lan tresna marang pelajaran liyane.


Cerita versi Bahasa Indonesia

Rasa Benci

Beliau bernama bu Rindang Dwi Astuti, bu guruku masih muda cantik dan selalu ceria. Beliau mengajar pelajaran bahasa jawa, salah satu pelajaran yang menurutku paling sulit diantara pelajaran-pelajaran lainnya. Bagiku belajar bahasa Jawa itu belajar hal-hal yang kuno, tidak ada hubungan dengan kehidupanku. Diajari berbahasa jawa krama atau ngoko juga jarang kugunakan. Kalau dirumah aku berkomunikasi dengan mama dan papaku menggunakan bahasa Indonesia. Yang menjadi pertanyaanku, mengapa harus dipelajari? Kalau dipikir-pikir untuk apa kita belajar aksara jawa? Mau untuk menulis apa? Setiap harikan kita menulis dengan tulisan latin?. Belum lagi harus belajar tembang, sudah bahasanya susah dipahami kalau harus berlatih nembang susahnya minta ampun. Belajar tentang cerita wayang ramayana, kalau tokoh ceritanya saja aku sudah hafal ada Raden Rama, Raden Laksmana, Dewi Sinta, Anoman, Rahwana, Kumbakarna, Peksi Jathayu dan masih banyak lagi tokoh lainnya. Tetapi sayangnya aku tidak bisa paham gambar bagimana rupa tokohnya. Bagiku semua berwajah sama, wayang kulit susah untuk dipahami gambar tokoh satu dan lainnya.

Bu Rindang itu halus budinya, sabar dan tidak pernah marah kalau menerangkan pelajaran sangat mudah dipahami. Itulah yang membuatku merasa sayang, sebenarnya aku suka gurunya tetapi aku tidak senang palajaran yang diajarkannya. Mungkin itu saja yang bisa kuceritakan disini, yaitu cerita pengalamanku belajar bahasa jawa diajar oleh guru idolaku yaitu bu guru Rindang.

Cerita kuakhiri, dengan mengucap salam kemudian duduk ditempet dudukku. “Ayo mana tepuk tangan buat temanmu Kartika” bu guru mengajak bertepuk tangan teman-teman sekelasku. Plok…Plok…Plok… teman-temanku sekelas bertepuk tangan  untukku yang baru saja tampil di depan kelas membaca pengalaman pribadi yang menjadi tugas bahasa jawa hari ini.

 “Hari ini murid-murid hebat semua, sudah bisa menulis cerita pengalaman pribadi dengan urut dan bagus sekali” Bu Rindang memberi apresiasi dan tersenyum cantik untuk memberi semangat pada murid-muridnya.

Hari ini pelajaran bahasa jawa belajar tentang menulis pengalaman pribadi. Be Rindang menerangkan bahwa berbagai macam cerita pribadi, bisa dijadikan sebuah cerita. Bisa cerita yang menyenangkan, menyedihkan atau pengalaman yang lucu. Kata bu Rindang, cerita-cerita yang disusun dengan runtut dan indah bisa menjadi cerita yang menarik perhatian dan bisa dibaca banyak orang. Bisa menjadi hiburan, juga dapat memberi motivasi bagi pembacanya. Kata bu Rindang hasil tulisan juga dapat dikirim di surat kabar dan majalah. Kita disuruh untuk rajin menulis dan mengirim tulisan-tulisan yang telah kita buat. Bila kita sedang beruntung, tulisan dapat dimuat kita akan merasa bahagia dan nanti pasti akan mendapat apresiasi dari penerbitnya.

“ Dari tulisan yang ditulis Kartika tadi bu Rindang jadi tahu ternyata ada murid yang tidak suka dengan pelajaran bahasa Jawa ya? Mungkin tidak hanya Kartika saja yang merasakannya. Ayo siapa lagi yang tidak menyukai pelajaran ini, boleh tunjuk jari!” Bu Rindang bertanya pada murid-muridnya.

Ternyata ada temanku yang tunjuk jari, tidak hanya aku saja yang tidak menyukai pelajaran bahasa jawa, aku tersenyum kecut.

“ Oh ya tidak apa-apa, semoga setelah mendengarkan cerita dari bu guru, murid-murid jadi menyukai pelajaran bahasa jawa. Bu Rindang juga punya cerita pengalaman pribadi, begini ceritanya: Dulu ketika SMP pelajaran yang paling aku suka adalah pelajaran IPA. Setiap ada pelajaran IPA aku selalu bersemangat, gurunya juga menyenangkan. Bila memberi penjelasan mudah sekali diterima oleh murid-muridnya. Yang paling menyenangkan adalah ketika praktik, aku dan teman-teman bisa ke Laboratorium IPA bersama-sama. Di sana bisa melihat penampang melintang dedaunan, bagaimana bentuk stomata, menggunakan alat yang disebut microskop. Nilai ulangan IPAku juga selalu baik tidak pernah mengecewakan”.

Tapi sayang ada salah satu pelajaran yang paling takkusuka yaitu pelajaran bahasa jawa. Menurutku pelajaran bahasa jawa itu sulit sekali, nilai tugas dan ulanganku tidak pernah tuntas. Aku juga tidak begitu memeperhatikannya, kan tidak masuk dalam mata pelajaran yang diujikan nasional. Ternyata rasa benciku ini bukan hanya pada pelajarannya saja, aku malah jadi ikut benci pada gurunya juga. Dikarenakan rasa benciku itu sampai lulus SMP aku pelum pernah mendapat nilai lebih dari 60. Tetapi setelah lulus SMA kemudian masuk ke perguruan tinggi, aku disuruh bapak ibu mengambil jurusan pendidikan Bahasa Jawa. Dan sekarang aku malah menjadi guru bahasa jawa, mungkin itulah seperti pepatah jawa “ gething iku bakale nyandhing” yang membenci itu akan berjodoh mungkin seperti ini. Sekarang aku benar-benar cinta dengan Bahasa Jawa. Dengan menjadi guru Bahasa Jawa aku dapat mengajari murid-muridku tata krama kepada siapa saja. Menggunakan Bahsa Jawa sesuai dengan unggah ungguhnya. Dengan menjadi guru Bahasa Jawa juga aku bisa ikut melestarikan budaya Jawa. Pokoknya sekarang aku benar-benar mencintai bahasa jawa, apa saja mengenai bahasa dan sastra jawa aku menjadi suka. Ternyata memelajari bahasa jawa itu unik dan tidak ada habisnya, menyenangkan dan tidak membosankan.

“Ini tadi cerita pengalaman pribadi bu guru, semoga mulai dari sekarang murid-murid tidak lagi emban cindhe emban siladan pada semua mata pelajaran.

“Ayo siapa yang tau artinya?” bu Rindang bertanya pada murid-murid

“Tidak boleh pilih kasih bu” jawab Intan.

“Iya betul, tidak boleh dipilih-pilih karena semua pelajaran yang diberikan di sekolah senenarnya besok akan kita gunakan dalam kehidupan kita dimasa depan. Murid-murid harus senang dan rajin belajar pelajaran apa saja mulai dari sekarang ya” terang bu Rindang kepada murid-muridnya.

“Baik bu…” jawab murid-murid serempak.

Pelajaran hari ini diakhiri dengan rasa yang berbeda, yaitu rasa cinta dengan bahasa jawa dan pelajaran-pelajaran lainnya.


Bungah Klawan Susah

 Orasah ndadak cuwa

Menawa sing kok karepake ora kebeh cumawis

Uga sing kok enteni seprana seprene durung kecandak

Bisa nyedhak

Mbok menawa mung butuh let

Sedhela apa suwe

Mengko mesthi bisa kajangkah

 

Rasa bungah njedhul sakwise ana rasa susah

Kuwi wis mesthi

Ora pijer susah terus

Apa bungah terus

Rasa bungah thukul sakwise krasa susah

 

Orasah ndadak mangu-mangu

Jumangkah maju

Napaki dalan nut reroncene Gusti

Nyekseni sing bakal dumadi

Bungah


Salatiga, 31 Januari 2023

Selasa, 01 Maret 2022

Kembang Rejasa nggawa cerita

 


Nalika kembang rejasa nggawa cerita.

Lumakune dina,

Ora bisa disigeg mandhek.

Tansah lumaku runtut nut marang, pepasthene Gusti.

 

Sakabehan cerita,

Karakit kanthi endah.

Ing nala,

Sakabehing paraga

Ing kene, SMP N 8 Salatiga

 

Kelangan, iya...

Nanging ya kudu rila, merga ora bisa endha.

Kanggo netepi kewajiban minangka abdine negara.

 

Maneka warna donga kaucap.

Suk sakwise dina iki,

Ing kana bisa cerita,

Ing kene uga bisa  dadi cerita.

 

Ceritane awake dhewe bebarengan

Gegandhengan,

Mawujudake gegayuhan.

 

Kembang rejasa isuk iki ngebaki plataran.

Nyekseni ,

Menawa awake dhewe iki ora pisahan,

Nanging mung srana netepi jejibahan

 

Sugeng ngayahi amanah enggal

Mugi tansah semangat makantar-kantar

Kados nalika wonten mriki, wonten ing SMPN 8 Salatiga

 

Katresnan ingkang sepisanan niku awrat kangge nyupekkake

Ananging mangga move on sareng-sareng

 

Mirsani ngajeng, kanthi bagya mulya

Mirsani wingiking, kanthi esem ngujiwat

Numpak Prau

 


 











Mbangun bebrayan kuwi kaya ngumbara

Akeh pepalang, akeh pacoban

Keh wong ngomong

Kaya-kaya numpak prau ing segara

Ya ana nahkodane

Ya ana penumpange

 

Ana kalane nyilem ing sanjerone segara mau

Sing mesthi aja nganti kanyut,

Kudu bisa munggah maneh ing prau

Nerusake laku

Bab prahara ing sajerone

Sing diprangguli

 

Kuwi wis mesthi...

Nanging muga prau mau tansah kuat

Lelayaran ing samudra penguripan

Lelandhesan janji suci marang Gusti

Kuat nglakoni samubarang

Kang endah

Utawa susah

Muga tansah nyawiji

Nganti tekaning pati

Barang Nyalawadi




Bocah-bocah iki sajatine isih suci

Resik kaya dluwang

Putih memplak

Durung ana orek-orekan

Sing ngregeti

 

Bocah-bocah iki sejatine sok ngenteni

Kayak ngapa wong tuwa sing nggambari

Menehi werna endah

Saben wayah

 

Ananging

Barang nyalawadi kuwi

Ndadekake aring

Barang kuwi padha dicekeli

Nganti lali

 

Playunene wektu gilir gumanti

Wusanane barang nyalawadi

Ora bisa maneh diuculi

Saka tangan-tangan sing isih cekli

 

Mbok menawa sing bisa nambani, mung …

Katresnane bapa ibu sing mbanyu mili

Tansah nelesi pulunging ati

Ngrenggani dina-dina sing bakal dilewati

Membangun Literasi Digital Keluarga

Mari kita intip kegiatan anak sulung kita didalam kamarnya, ternyata sedang serius dengan gadgetnya. Kemudian mari berjalan, kita lihat sang...