Minggu, 26 November 2023

Membangun Literasi Digital Keluarga




Mari kita intip kegiatan anak sulung kita didalam kamarnya, ternyata sedang serius dengan gadgetnya. Kemudian mari berjalan, kita lihat sang adik sedang mematung melihat chanel youtube kesukaannya di TV Digital besar ruang keluarga. Lalu kita buka ruang kerja suami kita, beliau sedang asyik membaca berita dilaman online News yang selalu update disetiap detiknya. Kemudian kita? Pastinya tidak akan tertinggal dibelakang hanya sebagai penonton. Bila membuka aplikasi belanja online sudah bahagia, mengisi keranjang belanjaan kita tanpa harus cek out saja berbunga-bunga. Semua serba online dan semua menjadi mudah. Kegiatan domestik rumah tangga yang dulu harus dikerjakan ibu dengan menguras tenaga, menyisakan waktu kerjanya, atau mencuri-curi waktu saat sedang mengurus baby saat masih balita. Sekarang semua menjadi mudah, cukup dengan sekali sentuh. Pesanan beraneka makanan lezat akan diantar sampai rumah tanpa harus menunggu dan antri di warungnya, jasa laundry siap jemput bola cukup menghubungi CSnya, bahkan jasa cleaning servispun tersedia disana.

Inilah pemandangan kegiatan keluarga di era digital yang sedang kita lalui saat ini, yaitu kegiatan lingkup terkecil dalam masyarakat. Belum kelingkup yang lebih luas, kita lihat semua menggunakan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Banyak keuntungan dan kemudahan yang akan kita terima darinya, namun bahaya yang ditimbulkan olehnya juga mengintai dan siap menerkam kita kapan saja. Terutama bagi semua yang belum siap menerima setiap detik perubahan dari kemajuannya. Maka dari itu kita harus mengilmui dan memahami dengan cara berliterasi. Literasi digital secara berkelanjutan sangat diperlukan saat ini, kita wajib menggali informasi sedalam-dalamnya. Terutama kita sebagai seorang ibu, yang merupakan garda nomer satu.

Jadi yang seharusnya lebih dulu tahu memang seorang ibu, karena apa? Karena ibu adalah guru nomer satu yang mendampingi putra-putrinya belajar dirumah sebelum mereka belajar di sekolah. Juga karena ibu sebagai seorang istri yang mempunyai kewajiban mendukung dan mendampingi suami. Butuh kecerdasan, kepintaran dan ketrampilan yang harus terus diasah. Memang sangat berat tugas sebagai seorang ibu, maka ibu harus lebih dulu tau. Tentang literasi digital, menurut www.westernsydney.edu.au berarti ketrampilan yang dibutuhkan untuk hidup, belajar dan bekerja dalam masyarakat dimana komunikasi dan akses informasi semakin meningkat melalui teknologi digital seperti platform internet, media sosial dan perangkat seluler. Kita dituntut untuk berfikir kritis, saat memperoleh informasi kita harus dapat mencari kebenarannya, menyaring, baru kemudian menerapkannya.

Menurut Kompas.com penggunaan internet di Indonesia pada awal 2021 mengalami peningkatan 15,5 %, yaitu menjadi 202,6 juta jiwa pemakai. Total jumlah penduduk Indonesia 274,9 juta jiwa, ini berarti penetrasi internet di Indonesia pada awal tahun 2021 mencapai 73,7%. Dan selama pandemi Covid-19 aktivitas digital semakin meluas dan intensif karena banyak orang harus beralih ke solusi online. Akibat penutupan sekolah jangka panjang, aktivitas pendidikan juga bergeser secara online.

Hal ini menjadi PR yang besar bagi kita, mengingat beberapa tahun terakhir ini mendampingi putra-putrinya belajar online dengan berbagai macam tantangan yang harus kita hadapi. Pusingnya menjadi pentransfer ilmu dari bapak ibu guru, memahamkan anak tentang materi itu adalah pekerjaan yang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ternyata tidak cukup sampai disitu masalahnya, ada tantangan lain yang menjadi buntutnya. Ketika anak-anak harus belajar online sendiri dirumah tanpa pendampingan orang tua. Masalah baru ternyata timbul, yaitu pecahnya konsentrasi anak pada fitur lain di smart phonenya. Bagi anak-anak usia SD kecanduan game online, bagi anak-anak usia SMP-SMA aktif bersosial media, membuka situs yang seharusnya belum pantas untuk dikonsumsi anak SMP dan SMA. Dan ketika sekarang sudah mulai PTM, mengkondisikan kembali agar anak-anak konsentrasi belajar dikelas adalah hal yang harus kita perjuangkan. Perjuangan yang membutuhkan kerjasama guru dan orang tua.

Sebenarnya semua akan baik-baik saja bila kita dapat memahamkan dan memberi contoh ke anak tentang tanggung jawabnya menggunakan media digital. Karena memang membangun literasi digital itu dimulai dari keluarga. Memperoleh literasi digital pada usia dini akan mempersiapkan anak-anak untuk menjadi konsumen digital yang cerdas. Karena hal ini akan membuka kesempatan dan memfasilitasi anak mengembangakan ketrampilan dalam menggunakan kemajuan teknologi digital untuk berinovasi dan melakukan hal-hal yang produktif. Membekali literasi digital ke anak akan membantu mereka menjadi pribadi yang tangguh, bertanggungjawab, dan dapat mengoptimalkan manfaat dalam menghabiskan waktu online mereka.

Sebagai orang tua kita wajib menanamkan kepada anak-anak terkait ketrampilan literasi digital, menjadikan ketrampilan ini sebagai bekal kehidupan sehari-hari. Mengasah ketrampilan literasi secara berkesinambungan sangat diperlukan agar dapat berjalan beriringan dengan kemajuan. Kita butuh terus belajar agar kitapun dapat mendampingi anak-anak kita mengikuti perkembangan dunia digital. Ada beberapa hal dasar yang dapat kita pahamkan ke anak-anak terkait penggunaan media digitalnya, yaitu:

1.     Memahamkan kepada anak tentang rasa tanggung jawab diri terhadap agama, masyarakat dan keluarga.

2.     Memahamkan anak kegunaan media digital, dan dampak apa saja yang dapat ditimbulkannya.

3.     Memahamkan kepada anak tentang kewajibannya untuk terus belajar, belajar batasan-batasan penggunaan media digital, belajar berbagai macam ilmu yang mereka dapat dari sana kemudian menyaring informasi, mengevaluasi kemudian menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.

4.     Memahamkan tentang kedisiplinan penggunaan waktu bersama alat digital.

5.     Memahamkan anak tentang privasi diri, batasan-batasan apa saja yang boleh dipublikasi.

6.     Memahamkan anak tentang larangan plagiat karya dari berbagai sumber berupa tulisan, gambar maupun suara. Memberi penjelasan bahwa ketika menggunakan karya orang lain tidak boleh asal salin, berikan contoh cara mengutip karya dengan benar.

7.     Memahamkan kepada anak bahwa banyak hal yang menakjubkan akan kita temukan dengan media digital. Dan semua jejak digital yang telah kita tinggalkan disana sulit untuk dihapus, mudah sekali untuk dilacak maka hanya ada satu kata yang harus kita dengungkan ditelinga anak-anak kita yaitu “berhati-hatilah”.

8.     Ajak anak untuk mengembangkan potensinya, membuat berbagai macam karya. Menemukan ilmu baru, mengembangkan ilmu, dan juga mengajarkan ilmu, sehingga semua akan maju dengan teknologi baru.

Hal dasar diatas dapat diberikan kepada anak sebagai bekal untuk mulai berselancar menggunakan alat digitalnya. Dengan pemahaman ini anak akan lebih berhati-hati dan lebih teliti dalam menerima informasi. Orang tuapun lebih tenang, karena anak-anak telah memiliki alat proteksi yang terbentuk dari dalam diri.  Bila litersai keluarga terbentuk maka Indonesia siap menjadi negara maju.


Membangun Literasi Digital Keluarga

Mari kita intip kegiatan anak sulung kita didalam kamarnya, ternyata sedang serius dengan gadgetnya. Kemudian mari berjalan, kita lihat sang...