Mari kita intip kegiatan anak sulung kita didalam
kamarnya, ternyata sedang serius dengan gadgetnya. Kemudian mari berjalan, kita
lihat sang adik sedang mematung melihat chanel youtube kesukaannya
di TV Digital besar ruang keluarga. Lalu kita buka ruang kerja suami kita,
beliau sedang asyik membaca berita dilaman online News yang selalu
update disetiap detiknya. Kemudian kita? Pastinya tidak akan tertinggal
dibelakang hanya sebagai penonton. Bila membuka aplikasi belanja online
sudah bahagia, mengisi keranjang belanjaan kita tanpa harus cek out saja
berbunga-bunga. Semua serba online dan semua menjadi mudah. Kegiatan
domestik rumah tangga yang dulu harus dikerjakan ibu dengan menguras tenaga,
menyisakan waktu kerjanya, atau mencuri-curi waktu saat sedang mengurus baby
saat masih balita. Sekarang semua menjadi mudah, cukup dengan sekali sentuh.
Pesanan beraneka makanan lezat akan diantar sampai rumah tanpa harus menunggu
dan antri di warungnya, jasa laundry siap jemput bola cukup menghubungi
CSnya, bahkan jasa cleaning servispun tersedia disana.
Inilah pemandangan kegiatan keluarga di era
digital yang sedang kita lalui saat ini, yaitu kegiatan lingkup terkecil dalam
masyarakat. Belum kelingkup yang lebih luas, kita lihat semua menggunakan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Banyak keuntungan dan kemudahan
yang akan kita terima darinya, namun bahaya yang ditimbulkan olehnya juga
mengintai dan siap menerkam kita kapan saja. Terutama bagi semua yang belum
siap menerima setiap detik perubahan dari kemajuannya. Maka dari itu kita harus
mengilmui dan memahami dengan cara berliterasi. Literasi digital secara
berkelanjutan sangat diperlukan saat ini, kita wajib menggali informasi
sedalam-dalamnya. Terutama kita sebagai seorang ibu, yang merupakan garda nomer
satu.
Jadi yang seharusnya lebih dulu tahu memang
seorang ibu, karena apa? Karena ibu adalah guru nomer satu yang mendampingi
putra-putrinya belajar dirumah sebelum mereka belajar di sekolah. Juga karena
ibu sebagai seorang istri yang mempunyai kewajiban mendukung dan mendampingi
suami. Butuh kecerdasan, kepintaran dan ketrampilan yang harus terus diasah. Memang
sangat berat tugas sebagai seorang ibu, maka ibu harus lebih dulu tau. Tentang
literasi digital, menurut www.westernsydney.edu.au berarti
ketrampilan yang dibutuhkan untuk hidup, belajar dan bekerja dalam masyarakat
dimana komunikasi dan akses informasi semakin meningkat melalui teknologi
digital seperti platform internet, media sosial dan perangkat seluler. Kita
dituntut untuk berfikir kritis, saat memperoleh informasi kita harus dapat
mencari kebenarannya, menyaring, baru kemudian menerapkannya.
Menurut Kompas.com penggunaan internet di Indonesia
pada awal 2021 mengalami peningkatan 15,5 %, yaitu menjadi 202,6 juta jiwa
pemakai. Total jumlah penduduk Indonesia 274,9 juta jiwa, ini berarti penetrasi
internet di Indonesia pada awal tahun 2021 mencapai 73,7%. Dan selama pandemi
Covid-19 aktivitas digital semakin meluas dan intensif karena banyak orang
harus beralih ke solusi online. Akibat penutupan sekolah jangka panjang,
aktivitas pendidikan juga bergeser secara online.
Hal ini menjadi PR yang besar bagi kita, mengingat
beberapa tahun terakhir ini mendampingi putra-putrinya belajar online
dengan berbagai macam tantangan yang harus kita hadapi. Pusingnya menjadi
pentransfer ilmu dari bapak ibu guru, memahamkan anak tentang materi itu adalah
pekerjaan yang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ternyata tidak cukup sampai
disitu masalahnya, ada tantangan lain yang menjadi buntutnya. Ketika anak-anak
harus belajar online sendiri dirumah tanpa pendampingan orang tua.
Masalah baru ternyata timbul, yaitu pecahnya konsentrasi anak pada fitur lain
di smart phonenya. Bagi anak-anak usia SD kecanduan game online, bagi
anak-anak usia SMP-SMA aktif bersosial media, membuka situs yang
seharusnya belum pantas untuk dikonsumsi anak SMP dan SMA. Dan ketika sekarang
sudah mulai PTM, mengkondisikan kembali agar anak-anak konsentrasi belajar
dikelas adalah hal yang harus kita perjuangkan. Perjuangan yang membutuhkan
kerjasama guru dan orang tua.
Sebenarnya semua akan baik-baik saja bila kita
dapat memahamkan dan memberi contoh ke anak tentang tanggung jawabnya
menggunakan media digital. Karena memang membangun literasi digital itu dimulai
dari keluarga. Memperoleh literasi digital pada usia dini akan mempersiapkan
anak-anak untuk menjadi konsumen digital yang cerdas. Karena hal ini akan
membuka kesempatan dan memfasilitasi anak mengembangakan ketrampilan dalam
menggunakan kemajuan teknologi digital untuk berinovasi dan melakukan hal-hal
yang produktif. Membekali literasi digital ke anak akan membantu mereka menjadi
pribadi yang tangguh, bertanggungjawab, dan dapat mengoptimalkan manfaat dalam
menghabiskan waktu online mereka.
Sebagai orang tua kita wajib menanamkan kepada
anak-anak terkait ketrampilan literasi digital, menjadikan ketrampilan ini
sebagai bekal kehidupan sehari-hari. Mengasah ketrampilan literasi secara
berkesinambungan sangat diperlukan agar dapat berjalan beriringan dengan
kemajuan. Kita butuh terus belajar agar kitapun dapat mendampingi anak-anak
kita mengikuti perkembangan dunia digital. Ada beberapa hal dasar yang dapat
kita pahamkan ke anak-anak terkait penggunaan media digitalnya, yaitu:
1. Memahamkan
kepada anak tentang rasa tanggung jawab diri terhadap agama, masyarakat dan
keluarga.
2. Memahamkan
anak kegunaan media digital, dan dampak apa saja yang dapat ditimbulkannya.
3. Memahamkan
kepada anak tentang kewajibannya untuk terus belajar, belajar batasan-batasan
penggunaan media digital, belajar berbagai macam ilmu yang mereka dapat dari
sana kemudian menyaring informasi, mengevaluasi kemudian menerapkan ilmunya
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Memahamkan
tentang kedisiplinan penggunaan waktu bersama alat digital.
5. Memahamkan
anak tentang privasi diri, batasan-batasan apa saja yang boleh dipublikasi.
6. Memahamkan
anak tentang larangan plagiat karya dari berbagai sumber berupa tulisan, gambar
maupun suara. Memberi penjelasan bahwa ketika menggunakan karya orang lain
tidak boleh asal salin, berikan contoh cara mengutip karya dengan benar.
7. Memahamkan
kepada anak bahwa banyak hal yang menakjubkan akan kita temukan dengan media
digital. Dan semua jejak digital yang telah kita tinggalkan disana sulit untuk
dihapus, mudah sekali untuk dilacak maka hanya ada satu kata yang harus kita
dengungkan ditelinga anak-anak kita yaitu “berhati-hatilah”.
8. Ajak anak
untuk mengembangkan potensinya, membuat berbagai macam karya. Menemukan ilmu
baru, mengembangkan ilmu, dan juga mengajarkan ilmu, sehingga semua akan maju
dengan teknologi baru.
Hal dasar diatas dapat diberikan kepada anak
sebagai bekal untuk mulai berselancar menggunakan alat digitalnya. Dengan
pemahaman ini anak akan lebih berhati-hati dan lebih teliti dalam menerima
informasi. Orang tuapun lebih tenang, karena anak-anak telah memiliki alat proteksi
yang terbentuk dari dalam diri. Bila
litersai keluarga terbentuk maka Indonesia siap menjadi negara maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar