Rabu, 17 November 2021

Beban dan Perjalanan



Saat merasa beban hidup yang sedang dirasakan teramat berat, apa yang anda rasakan? Merasa paling menderita sedunia? Emosi tak menentu? Bangun tidur tidak sesegar biasanya. Apa yang salah dengan hari ini? Bukankah hari ini seperti hari-hari biasanya, duapuluh empat jam lamanya. Yang harus kita sambut dengan senyum ceria dan semangat yang bergelora didada. Tetapi kenapa rasa hati ini ada yang mengganjal? Ada apa dengannya? Ayo semangat! Ada tantangan untuk hari ini, yang harus kita pecahkan, ada jalan-jalan yang harus kita lewati, ada cerita yang harus kita lalui, ya hari ini istimewa.

Bila kita merasa bodoh, hari ini ada banyak pelajaran yang bisa kita pelajari. Bila hari ini dirasa sepi, ayo bersama keluar melihat dunia. Bila dada terasa sesak dengan berbagai macam masalah, ayo mendekatlah denganNya. Buka kitabNya, bacalah dengan perlahan kemudian bacalah terjemahan perayatnya. Nanti akan kita temui jalan keluar dari masalah kita, ternyata setelahnya kita akan rasakan lapang dada kita. Ternyata semua itu bersumber dari hati kita, hati yang kurang bersyukur, merasa paling berat beban hidupnya. Padahal tadi pagi kita bisa membuka mata, melihat dengan jelas. Setelah membuka mata, kita bisa bangkit dan kaki kita dapat berjalan dengan tegak. Berjalan ke kamar mandi kemudian dapat menikmati rasa buang air kecil atau besar dengan nyaman. Tidak ada rasa nyeri ataupun sakit, semua berjalan dengan normal. Itu berarti badan kita sehat, haruskah kita merasa nelangsa dengan itu semua?

Kemudian kita beranjak menunaikan sholat malam, semua bisa dilaksanakan dengan nikmat. Maka nikmat Tuhan yang manakah yang akan kau dustakan? Semua anggota keluarga sehat, suami/istri dan anak-anak, kita bangunkan untuk melaksanakan sholat berjamaah juga mudah. Maka kemudahan mana lagi yang kita inginkan? Bukankah itu awal pagi yang indah? Tidak seharusnya kita menyalahkan keaadaan kita yang berbeda dengan yang lainnya. Cukup kita syukuri atas apa saja yang kita nikmati pagi ini.

Setiap orang membawa masalahnya masing-masing, dipikul sendiri-sendiri. Semua akan terasa berat bila dari awal kita membawanya, memang sudah merasa tidak ikhlas. Akan terus bertambah berat ketika jalan yang kita lalui menanjak dan terjal. Mungkin juga ketika jalan sedang menurun beban tetaplah berat. Pun ketika jalan rata, tetap terasa berat. Berbeda bila dari awal kita sudah bersiap dan berusaha menerima semua beban dalam perjalanan. Kita akan menyiapkan hati yang siap membawa semua beban, menyiapkan badan yang sehat untuk menumpu beratnya beban, menyiapkan cara agar bisa meringankan beban.

Begitulah hidup, lihatlah semua membawa bebannya sendiri-sendiri. Ada yang kelihatan ringan saja, padahal yang ada dipunggungnya adalah beban yang lebih berat dari yang sedang kita bawa. Ada juga yang masih tetap tersenyum, walau beban yang sedang digendongnya sampai membuat badannya terbungkuk. Bersyukurlah disebelah kita ada yang menggandeng, mendorong dari belakang, menarik dari depan, membantu membawakan beban itu. Bersyukurlah walau dari jarak jauh, tetap ada yang menyemangati, memfasilitasi, membantu meringankan beban itu walau secara tidak langsung.

Bismillah pasti semua bisa dilalui, teruslah berjalan dengan langkah pasti, beristirahatlah sebentar bila memang beban itu cukup membuat badanmu penat. Barang sejenak menepilah ditepi jalan sembari melihat lalu lalangnya orang berjalan dengan beban dipundaknya. Bersyukurlah, tarik nafas panjang dan lanjutkan perjalananmu kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Membangun Literasi Digital Keluarga

Mari kita intip kegiatan anak sulung kita didalam kamarnya, ternyata sedang serius dengan gadgetnya. Kemudian mari berjalan, kita lihat sang...