Rabu, 03 Februari 2021

Ibu Jaman Now jangan Kuno, Era Digital Harus Bijak Bermedia Sosial



          Ibu sebuah gelar istimewa yang Tuhan anugerahkan bagi seorang wanita, ibu menempati urutan  teratas yang berperan penting dalam kemajuan peradaban umat manusia. Calon-calon pemimpin masa depan terlahir dari seorang ibu luar biasa yang mau berjuang sekuat tenaga mendidik serta memberi bekal kehidupan untuk anak sesuai jamannya. Maka sebagai seorang ibu sudah sepantasnya mengikuti kemajuan jaman. Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya, dari tangan seorang ibulah anak harus tumbuh dan terus berkembang. Seorang ibu akan mendominasi terbentuknya karakter anak dalam mengikuti perkembangan jaman. Anak-anak generasi Z memiliki akses yang terbuka terhadap dunia digital sehingga diperlukan literasi digital. Tentu ibulah ortang pertama yang akan membersamai anak berliterasi digital. Anak-anak membutuhkan bimbingan dan pendampingan dari ibunya, karena dari teladan ibulah anak akan terkontrol menggunakannya. Jadi sebelum mendampingi dan memberi teladan, seorang ibu jaman now harus paham perkembangan media sosial di era digital seperti sekarang ini. Melarang anak mempergunakannya? Tentu bukanlah sikap yang bijak. Karena anak hidup dijaman digital pastilah mereka tidak mau ketinggalan dengan teman-temannya. Kita tidak akan sanggup melarang, ataupun selalu mendampingi anak-anak kita dimanapun mereka berada dalam penggunaan media sosial, tapi peran ibu sangat besar dalam memberikan perisai berupa adab-adab dan etika yang baik sebagai bekal penggunaannya.

Dari Wikipedia, media sosial atau sering disalah tuliskan sebagai sosial media adalah sebuah media daring yang para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Layanan jejaring sosial yang marak kita gunakan seperti saat ini adalah sebuah layanan dalam jaringan, platform atau situs yang bertujuan memfasilitasi pembangunan hubungan sosial diantara orang-orang yang memiliki ketertarikan, aktivitas, latar belakang, atau hubungan dunia nyata yang sama. Kebanyakan layanan jejaring sosial itu berbasis web yang penggunanya berinteraksi melalui internet, seperti surat elektronik dan pesan instan.

Saat ini kita sedang hidup di era digital, semua serba cepat dan mudah. Bila kita ingin mengetahui suatu peristiwa atau kejadian tidak perlu datang ke TKP, hanya mengakses internet kita dapat memperoleh informasi.  Banyak kemudahan yang diberikan di era digital seperti sekarang ini, tidak harus datang sendiri  memesan makanan ataupun ikut antri, semua bisa terkoneksi pesanan diantar kelokasi. Di era digital seperti sekarang ini masing-masing pribadi bisa terus eksis, menampakkan kualitas diri. Di era digital seperti sekarang ini, jarak yang memisahkan antar individu yang sedang menahan  rindu akan segera bisa terobati. Hanya dengan bekal smart phone dapat bertatap muka dengan seseorang yang sedang dirindukan hati. Di era digital seperti sekarang ini, pendidikan di masa pandemi bisa kita hadapi pelajaran ataupun evaluasi tetap bisa dilakukan dengan jalan daring. Di era digital seperti sekarang ini, ingin bekerja tidak harus mengirim CV kesana kemari bahkan pengusaha dengan bermodal gawai dapat terus berkreasi.  Di era digital sekarang ini, pergi kemana saja tidak perlu panik, penunjuk jalan lengkap dengan berapa waktu tempuhnya dapat diketahui. Semua terasa mudah, tidak ada batasnya yang penting kita punya paket data, internet lancar dimana saja dan kapan saja, kita dapat mengaksesnya. Iya kita sedang hidup di era digital, sangat bebas menggunakan media sosial.

Menurut Michael Cross dari (Seputar Pengetahuan) menerangkan bahwa media sosial adalah sebuah istilah yang menggambarkan bermacam-macam bermacam-macam teknologi yang digunakan untuk mengikat orang-orang  ke dalam suatu kolaborasi, saling bertukar informasi dan berinteraksi melalui pesan yang yang berbasis web. Jadi dengan adanya media sosial ini mempermudah penggunanya berinteraksi sosial memanfaatkan teknologi internet dan website. Memang benar dengan adanya media sosial, kita dapat mengaktualisasikan diri, membentuk komunitas, menjalin pribadi bahkan melakukan pemasaran dan transaksi. Sehari saja tidak mengakses media sosial yang kita punya, rasanya aneh bukan? Karena semua sudah menjadi kebutuhan. Bahkan survei yang dilakukan Global Web Indek dari (BBC News) menerangkan bahwa lamanya waktu yang dialokasikan setiap orang untuk bermedia sosial meningkat dari 90 menit perhari pada tahun 2012 menjadi 143 menit pada tiga bulan pertama tahun 2019. Akan tetapi perlu diingat, bahwa dari sekian banyak manfaat penggunaan media sosial juga tersimpan kerugian-kerugian bagi penggunanya. Karena setiap situs yang berbeda, menawarkan fitur-fitur yang berbeda pula. Maka selayaknya ibu tetap bisa bermedia sosial tetapi ingat harus tetap bijak

Smart Phone adalah salah satu media yang biasanya digunakan, tidak dapat dipungkiri bahwa benda ini hampir dimiliki oleh setiap orang. Siapa yang tidak kenal Bill Gates? Dia adalah salah satu  orang terkaya didunia, seorang pengusaha revolusi komputer. Tapi dia memiliki peraturan yang keras tentang batasan umur anak yang diperbolehkan menggunakan Smart Phone, yaitu umur empat belas tahun. Padahal bisa kita lihat di Indonesia, anak-anak dibawah umur empat belas tahunpun sudah trampil menggunakannya. Menjadi tugas seorang ibu, bagaimana menggunakannya sendiri ataupun dalam mendampingi putra putrinya. Di sini akan saya paparkan beberapa cara bagaimana ibu cerdas dalam bermedia sosial.

Pertama adalah menjaga privasi, hal ini adalah cara aman menjaga diri dimedia sosial. Terangkan kepada anak agar jangan memaparkan semua informasi pribadi secara lengkap. Mengunggah foto-foto dengan geotag ataupun foto-foto yang tidak pantas, menceritakan masalah keluarga, mengumbar masalah pribadi, memberi tahu alamat lengkap ataupun nomor ponsel. Karena hal ini akan mengundang pencurian identitas, atau bahkan kejahatan.

Kedua adalah jangan mudah terpancing emosi, majunya teknologi digital menuntut penggunanya cerdas mencerna informasi. Karena segala informasi tersedia diasana, baik informasi yang positif maupun negatif. Juga informasi yang hoax ataupun asli, bertebaran bebas di media tak terkendali. Jadi ketika kita mendapat suatu informasi, mari kita teliti dengan jeli. Kemudian kita amati, mana informasi yang tepat dan mana informasi yang kurang tepat. Mana yang boleh di share ulang, mana yang tidak. Sebaiknya jangan sampai emosi dalam menanggapi atau bahkan mudah dalam mencaci informasi.

Ketiga adalah pahami sisi hukum, dapat dilihat pelanggaran UU ITE oleh netizen beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan, survei yang dilakukan Southeast Freedom of Expression Network (SAFEnet) dari (CNN Indonesia) mengungkap jumlah kasus terkait Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) pada 2018 melebihi jumlah kasus pada 2011 hingga 2017. Sepanjang 2018 terdapat 292 kasus terkait UU ITE. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya dengan jumlah 140 kasus. Pencemaran nama baik menduduki angka tertinggi, selanjutnya kasus ujaran kebencian dan pelanggaran norma kesusilaan. Agar terhindar dari resiko hukum, mari kita pahami regulasi yang ada, perhatikan etika dalam bermedia sosial. Jangan lupa cek dan ricek kebenaran informasi yang diterima sebelum dishare kemlbali ke publik, dan juga lebih berhati-hati dalam memposting data yang bersifat pribadi.

Keempat adalah gunakan secukupnya sesuai dengan kebutuhan. Kita harus membatasi penggunaan media sosial untuk mendapatkan informasi yang kita butuhkan, dengan durasi dan porsi yang sewajarnya. Ibu memegang peranan penting dalam mengontrol penggunaan smart phone dalam mengakses media sosial yang dilakukan oleh anak. Bisa dengan cara membatasi waktu penggunaannya dan juga mengecek fitur apa saja yang bisa diakses olah anak-anaknya. Karena penggunaan media digital seperti smart phone secara berlebihan akan memberikan dampak buruk terhadap kesehatan mental seseorang. Dari Kompas.com menerangkan bahwa penelitian yang dilakukan University of Pittsburg membuktikan bahwa orang yang terlalu aktif dalam menggunakan media sosial setiap hari memiliki resiko depresi tiga kali lipat lebih besar dibanding mereka yang jarang mengggunakan media sosial. Jadi mari kita gunakan media sosial secukupnya saja supaya tidak mengganggu aktivitas kita sehari-hari.

Kelima adalah manfaatkan media semaksimal mungkin untuk hal-hal yang positif dan produktif. Banyak hal yang bisa kita share kemedia, tentang hal-hal yang bermanfaat untuk orang lain. Apa keahlian atau ketrampilan yang kita punya? Bagaimana kiat kita hidup bahagia? Bagaimana tutorial penggunaan suatu alat? Berbagi resep masakan, berbagi macam-macam ide kreatif, berbagi semangat agar dapat menjadi inspirasi bagi orang lain. Semua itu bisa kita berikan di media sosial agar ilmu yang kita punya bermanfaat untuk sesama.

Hal-hal diatas perlu diperhatikan seorang ibu jaman now dalam penggunaan media sosial. Dan juga memberi pendampingan penggunaan media sosial bagi putra-putrinya. Agar kemajuan tehnologi tidak dijadikan kambing hitam dalam merosotnya nilai karakter bangsa. Majunya teknologi seharusnya bisa berjalan beriringan dengan majunya pola berfikir seseorang. Sosok ibu yang melek tehnologi, yang cerdas bermedia sosia dan memiliki kecakapan dalam literasi digital, yang mampu berjuang sekuat tenaga mendidik anaknya adalah agen pembentuk kesuksesan masa depan. Majunya tehnologi, mudahnya kita mengakses informasi semoga menjadi senjata yang ampuh dalam memajukan negeri ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Membangun Literasi Digital Keluarga

Mari kita intip kegiatan anak sulung kita didalam kamarnya, ternyata sedang serius dengan gadgetnya. Kemudian mari berjalan, kita lihat sang...